Cirebontrend.id – CIREBON – Stadion Bima Kota Cirebon masih jadi isu hangat terkait penyewaan kepada pihak tertentu, Subagja, owner Bina Sentra Football Academy (FA) Cirebon, angkat bicara terkait isu tersebut. Ia menegaskan bahwa kabar tersebut tidak benar dan hanya merupakan kesalahpahaman.
Subagja menjelaskan bahwa keterlibatannya dalam pengelolaan stadion tersebut semata-mata didasari oleh kepeduliannya terhadap perkembangan sepak bola di Cirebon.
Menurut Subagja, Pemerintah Kota Cirebon melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) telah meminta bantuannya untuk mengelola, membenahi, dan memelihara Stadion Bima.
“Saya diminta membantu karena saya peduli terhadap perkembangan sepak bola di Cirebon. Saya setuju dengan catatan ada perjanjian hitam di atas putih sebagai pegangan, agar jelas dan tidak ada pihak lain yang mengganggu,” ujar Subagja, Selasa 4 Februari 2025.
Ia mengungkapkan bahwa ia telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Dispora Kota Cirebon sebagai dasar kerja sama.
“Saya tidak menyewa Stadion Bima. Yang saya lakukan adalah membantu pemerintah membenahi stadion ini agar kembali sesuai standar. Semua jelas dalam MoU dengan Dispora,” ungkapnya.
Subagja juga membeberkan kondisi Stadion Bima yang sangat memprihatinkan. Berdasarkan hasil survei bersama Dispora, ia menyebutkan bahwa lapangan yang dulu dikenal sebagai salah satu yang terbaik di Jawa Barat kini rusak parah, dengan 90 persen area lapangan berubah menjadi tanah liat.
Selain itu, fasilitas lainnya seperti toilet, ruang ganti pemain, hingga area loket tiket juga terbengkalai.
“Bahkan, loket tiket sudah dihuni pedagang kaki lima dan dijadikan tempat tidur. Ruang ganti pemain rusak parah. Kondisi ini yang membuat saya sedih sebagai putra daerah,” katanya.
Proses pembenahan Stadion Bima sendiri telah mencapai 70 persen, dengan target perbaikan selesai dalam enam bulan. Subagja menyebutkan bahwa perbaikan rumput membutuhkan waktu sekitar 3 hingga 4 bulan.
Selain itu, ia juga mengganti kursi tribun yang rusak, mengecat ulang tembok dan pagar stadion, serta memperbaiki ruang ganti agar lebih bersih dan nyaman.
Mengenai protes dari beberapa pihak terkait pengelolaan stadion, Subagja merasa heran. Ia mempertanyakan mengapa polemik muncul saat progres pembenahan hampir selesai, sementara sebelumnya tidak ada yang peduli ketika stadion dalam kondisi rusak parah.
“Kenapa baru sekarang diributkan? Waktu kondisinya hancur, di mana peran Askot? Seharusnya mereka sejak awal berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk membenahi. Saya ini hanya ingin membantu, bukan untuk kepentingan pribadi,” tegasnya.
Sebagai pemilik akademi sepak bola, Subagja berharap fasilitas yang memadai dapat mendukung lahirnya pemain-pemain muda berbakat dari Cirebon.
“Bagaimana anak-anak Cirebon bisa berlatih dengan baik kalau stadionnya rusak? Saya tulus ingin membantu, jangan seolah-olah saya yang disudutkan. Ini murni demi kemajuan sepak bola Cirebon,” pungkasnya.