Cirebontrend.id – INDRAMAYU – Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, Ono Surono, baru-baru ini menanggapi sebuah pernyataan yang viral di media sosial yang menyebut dirinya dengan julukan ‘Toglo’, yang berarti bodoh atau tolol.
Menanggapi hal tersebut, Ono mengungkapkan bahwa julukan itu muncul karena adanya perbedaan pandangan politik antara dirinya dan pihak lain, namun ia menganggapnya sebagai bagian dari dinamika dalam politik.
“Ya, saya dipanggil Toglo atau bodoh, itu memang bagian dari dinamika. Tapi buktinya saya terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dengan suara tertinggi dibandingkan caleg lainnya, jadi saya merasa tidak perlu terbebani dengan julukan itu,” ujar Ono, seraya menegaskan bahwa narasi yang dibangun oleh pihak-pihak tertentu sebaiknya harus berimbang dan tidak dibuat-buat. Kamis, 21 November 2024.
Ono juga menanggapi isu yang berkembang terkait dengan mantan wakil bupati Indramayu, Lucky Hakim.
Ia menjelaskan, selama ini ia mengenal perjalanan politik Lucky Hakim, yang sebelumnya menjadi anggota DPR RI dari PAN dan kemudian pindah ke NasDem sebelum akhirnya mencalonkan diri sebagai wakil bupati Indramayu.
“Pindahnya Lucky Hakim dari PAN ke NasDem pasti ada motifnya, dan saya mencoba membantu dengan menghubungkan dia dengan Gerindra untuk maju sebagai wakil bupati,” ujarnya kepada CirebonTrend.id saat doorstop usai kegiatan resesnya.
Namun, Ono mengungkapkan bahwa perjalanan politik Lucky Hakim tidak semudah yang dibayangkan.
Menurutnya, saat Lucky Hakim akan mencalonkan diri, ia mengaku akan menjual apartemen untuk membiayai kampanye, namun pada akhirnya ia tidak melakukannya.
“Dia kabur karena tidak punya dana untuk kampanye. Saya akhirnya harus turun tangan, membantu membiayai kampanyenya total sekitar 400 juta,” jelas Ono.
Meskipun Lucky Hakim akhirnya terpilih sebagai wakil bupati Indramayu, Ono mengungkapkan kekecewaannya dengan keputusan Lucky yang mundur dari jabatannya.
Ia menilai pengunduran diri Lucky Hakim disertai dengan narasi yang tidak fair, yang justru menyalahkan pihak lain, termasuk Bupati Indramayu, Nina Agustina.
“Kemiskinan di Indramayu bukan masalah baru, ini adalah masalah yang sudah ada sejak pemerintahan sebelumnya. Sebagai wakil bupati, Lucky Hakim seharusnya bertanggung jawab atas penanganan kemiskinan, bukan mencari alasan untuk mundur,” tegas Ono.
Ono juga menilai bahwa sebagai pemimpin, seorang wakil bupati haruslah konsisten dan tegas dalam menjalankan tugasnya.
“Indramayu membutuhkan pemimpin yang berani dan tidak mudah mundur di tengah jalan. Jangan hanya karena seorang figur dikenal di dunia hiburan, rakyat Indramayu terperdaya dengan narasi yang tidak tepat,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ono juga menegaskan bahwa penanganan kemiskinan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
“Di tingkat kabupaten, tugas utama penanganan kemiskinan ada pada wakil bupati. Jika Lucky Hakim mundur karena tidak mampu menjalankan tugasnya, dan itu merupakan salah satu kegagalannya,” tambahnya.
Ono menutup pernyataan dengan menegaskan bahwa untuk Indramayu, yang terbaik adalah pemimpin yang konsisten dan memiliki komitmen yang kuat, seperti Bupati Nina Agustina.
“Nina Agustina Tobroni adalah pilihan terbaik untuk Indramayu,” tutupnya.