BerandaCirebonSoenoto Cerita Pengalaman 25 Tahun Reformasi

Soenoto Cerita Pengalaman 25 Tahun Reformasi

Cirebontrend.id – CIREBON – Sunoto, tokoh nasional asal Cirebon, mengadakan diskusi terbuka dalam rangka memperingati 25 tahun reformasi, yang dimulai sejak turunnya Presiden Soeharto pada tahun 1998.

Diskusi ini membahas perjalanan panjang reformasi dan harapan untuk masa depan bangsa Indonesia. Sunoto mengawali pembicaraannya dengan menjelaskan arti penting reformasi.

“Reformasi itu berarti menata ulang formasi atau tatanan yang ada. Tokoh yang sangat dikenal dalam gerakan reformasi adalah Amien Rais dan kawan-kawan. Setelah Soeharto turun, gerakan reformasi terus bergulir,” ujar Sunoto.

Mengisahkan pengalamannya, Sunoto menceritakan bagaimana ide pembentukan Partai Amanat Nasional (PAN) muncul.

“Saya bersama Yunus Priyono, Najib, dan beberapa rekan lainnya, memutuskan untuk membentuk partai politik. Awalnya, nama partainya adalah Partai Amanat Bangsa, tetapi setelah diskusi panjang, akhirnya berubah menjadi Partai Amanat Nasional (PAN),” kenangnya.

Sunoto menjelaskan bahwa PAN resmi dideklarasikan pada 23 Agustus 1998.

“Kami memulai dengan semangat meskipun tanpa dana. Kantor sekretariat pertama kami di Radio Dalam, Jakarta, adalah rumah kontrakan milik Dr. Maimunah, teman dari Amien Rais,” katanya.

Meski di Pemilu 1999 PAN hanya meraih 7% suara, Sunoto tetap optimis.

“Amien Rais sempat panik, tapi saya katakan, politikus sejati harus tetap tegar. Dari situ, kami membentuk koalisi yang dikenal sebagai Poros Tengah, yang memotori perubahan politik di Indonesia,” jelasnya.

Dalam diskusi tersebut, Sunoto juga menyampaikan pesan pentingnya belajar dari sejarah.

“Kita tidak boleh melupakan sejarah bangsa. Sejarah adalah kisah nyata dari perjalanan manusia dalam berbangsa dan bernegara. Untuk detail lengkapnya, saya sudah membagikan melalui live streaming di YouTube dengan judul ‘Detik-Detik Gus Dur Menjadi Presiden’,” tambahnya.

Sebagai penutup, Sunoto mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri dan visioner.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak menyimpan dendam dan bisa berdiri di atas kaki sendiri. Kita harus mempunyai impian besar untuk menjadi negara terhebat di dunia,” pesannya.

Diskusi ini diakhiri dengan antusiasme para peserta yang berkomitmen untuk terus memperjuangkan kesejahteraan rakyat dan memperbaiki tata kelola negara demi masa depan Indonesia yang lebih baik.

RELATED ARTICLES
- Advertisment - nbsp;

Most Popular

Recent Comments