CirebonTrend.id – INDRAMAYU – Masyarakat Kabupaten Indramayu mempunyai satu tradisi yang cukup unik, yaitu tradisi Kalung Usus. Menariknya, ritual Kalung Usus tersebut harus dilangsungkan di dalam area Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).
Ritual Kalung Usus sudah tidak aneh bagi petugas dan penjaga Lapas Kelas IIB Indramayu, karena tradisi ini sudah biasa dan sering dilaksanakan di dalam area Lapas sejak dulu. Malah sampai ada yang berasal dari wilayah Cirebon yang datang menggunakan Bus untuk membawa pengantarnya.
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Beni Hidayat, mengatakan tradisi ini sering dilaksanakan disini (Lapas), sedangkan sejak kapan dilakukan, ia tidak tahu pasti tepatnya.
“Saat baru tugas disini, awalnya kaget, ada tradisi ini, kenapa ada masyarakat yang masuk didalam lapas,” ujar Beni di halaman area kunjungan Lapas. Sabtu 9 September 2023.
Ternyata setelah diceritakan oleh petugas disini, ungkap Beni, sudah biasa dan sejak dulu sudah ada tradisi dan ritual Kalung Usus. Tradisi ini dipercaya untuk buang sial anak yang terlahir lehernya terlilit tali pusar. Dan rata-rata anak yang melakukan ritual Kalung Usus sudah berumur 10 tahun keatas.
“Dan alhamdulillah selama saya tugas disini, banyak keluarga yang membawa anaknya kesini untuk melaksanakan ritual kalung usus,” ujarnya.
Beni Hidayat menceritakan, Keluarga yang datang kesini membawa anaknya yang waktu lahirnya mengalami kalung usus atau lehernya terlilit tali pusar saat persalinan untuk melakukan ritual kalung usus.
“Mereka kesini dengan membawa makanan, biasanya tumpeng, nanti disini berdoa bersama dipimpin oleh warga binaan yang memang pintar memimpin doa,” kata Kepala Lapas Indramayu.
Setelah doa-doa selesai, kami pun, lanjut Beni, menyediakan makanan yang ada disini dan makanan itu untuk harus sama dengan yang dimakan warga binaan.
“Kita saling tukeran makanan, dan kita makan bersama disini,” ujar Beni Hidayat.
Setelah acara makan bersama selesai, tambah Kepala Lapas, anak kalung usus tersebut mandi disini, dengan memakai baju yang dipakainya, usai mandi dan ganti baju, nanti baju yg basahnya ditinggal disini. Hal tersebut diyakini sebagai simbol tolak bala atau buang sial.
“Kami sebagai petugas lapas, ikut menjaga tradisi tersebut, karena ritual kalung usus ini, kami anggap sebagai kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan,” tutur Kepala Lapas Kelas IIB Indramayu.
Ibu Sukenah (44) yang berasal dari Kelurahan Paoman, Kecamatan Indramayu, mengatakan menurut orang tua, karena anak saya dua-duanya waktu lahir terlilit usus (tali pusar) di lehernya, harus dibawa kesini (Lapas).
“Kesini untuk berdoa, makan tumpeng, terus mandi dan untuk buang kiyas (buang sial) biar tidak terjadi apa-apa kelak,” ujar Ibu Sukenah yang kedua anaknya terlilit tapi pusar pada saat lahir.
Istilah kalung usus muncul karena seorang anak yang dilahirkan dengan kondisi terlilit tali pusar. Bayi dengan kondisi leher yang terlilit tali pusar membuat proses persalinan menjadi lebih rumit dari pada bayi normal.
Proses persalinan bayi ‘kalung usus’ harus dilakukan dengan sehati-hati mungkin agar leher bayi tidak semakin terlilit dan dapat meningkatkan resiko kesulitan napas yang mengakibatkan kematian.
Ada mitos yang berkembang di masyarakat, jika ada anak Kalung Usus diyakini memiliki keistimewaan, seperti :
1. Anak ‘kalung usus’ terlahir cantik dan tampan.
2. Anak ‘kalung usus’ cocok mengenakan outfit apa saja.
3. Anak ‘kalung usus’ adalah anak yang patuh kepada kedua orang tuanya.