BerandaBeritaTradisi Unik Muludan Tuk, Angkat Buyut Kayu Pangeran Mancur Jaya

Tradisi Unik Muludan Tuk, Angkat Buyut Kayu Pangeran Mancur Jaya

CirebonTrend.id – Tradisi unik warga Desa Kertawinangun untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, warga melakukan pengangkatan buyut kayu perbatang Pangeran Mancur Jaya.

Muludan Tuk, masyarakat lebih mengenalnya. Tradisi ini dilakukan setiap tanggal 19 Rabiul Awal atau sepekan setelah puncak Muludan di Keraton Kanoman dan Kasepuhan Cirebon.

Pengangkatan buyut kayu Pangeran Mancur Jaya dilakukan di Balong Kramat Desa Kertawinangun, Kabupten Cirebon.

Juru kunci situs Balong Keramat Pangeran Mancur Jaya, Raden Suparja, menjelaskan, Pangeran Mancur Jaya menemukan kayu perbatang pada pukul sembilan tanggal 19 Rabiul Awal. 

“Kayu tersebut adalah bekas tempat duduk Raden Walangsungsang ketika bertapa, yang ditemukan Pangeran Mancur Jaya ketika ia di perintahkan pihak Keraton untuk mencari sumber air kala terjadi kekeringan panjang di wilayah Cirebon,” jelasnya.

Tradisi pengangkatan buyut kayu batang Pangeran Mancur Jaya tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena dihadiri langsung keluarga dari Keraton Kanoman dan Keraton Kasepuhan Cirebon.

“Tahun ini muludan di Balong Kramat Pangeran Mancur Jaya berbeda dari tahun sebelumnya, baik dari Keraton Kanoman maupun Kasepuhan turut berpartisipasi,” katanya, Sabtu 15 Oktober 2022.

Sebelum pengangkatan buyut kayu batang, menurut Raden Praja dilakukannya Shalawat Nabi, dan pengangkatan kayu buyut batang dilakukan setelah adzan yang dikumandangkan muazin.

Buyut kayu batang yang panjangnya samapai 2 meter ini diangkat dengan 7 orang dan kemudian diserahkan kepada 4 orang, kemudian dimandikan air kembang dan kemenyan.

Layaknya jenazah, buyut kayu batang yang telah dimandikan, lalu dibungkus dengan kain kafan, setelah itu disemayamkan.

“Prosesi pengangkatan buyut kayu batang layaknya memandikan jenazah manusia,” terangnya.

Tradisi ini biasa dihadiri oleh masyarakat sekitar wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) untuk nyekar atau menaburkan bunga sebagai wujud penghormatan kepada leluhur.

“Masyarakat meyakini kayu peninggalan Wali ini memiliki keistimewaan yaitu panjangnya selalu berbuah setiap tahunnya and kayu ini memiliki sifat seperti manusia,” tuturnya.

RELATED ARTICLES
- Advertisment - nbsp;

Most Popular

Recent Comments